Pages

About

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 16 Januari 2013

Bunga Bles



Lahir di Thailand, Besar di Belanda
http://www.kebonkembang.com/wp-content/uploads/2012/11/tulip1-150x150.jpg“Buka saja jaketnya. Di sini udaranya sehangat di daerah tropis,” tutur Ing Leo van der Knaap, pemilik nurseri kurkuma seluas total 15 ha di beberapa lokasi di Naaldwijk, Belanda. Trubus dan rombongan yang berkunjung pada pertengahan Juli 2012 tidak segera mengikuti saran Leo. Jaket masih terpasang di tubuh dan syal melilit leher selagi kaki memasuki nurseri yang dilengkapi sistem otomatisasi itu.

Harap mafhum seminggu berkeliling ke berbagai sentra hortikultura di Belanda, hujan deras kerap mengguyur disertai angin kencang yang mengigilkan tubuh. Di musim panas yang basah itu suhu kerap menukik hingga 130C pada siang hari. Pada malam hari air raksa di termometer menyentuh angka hingga 80C. Berkeliling di dalam nurseri pun lebih nyaman dilakukan dengan syal melilit leher dan jaket menghangatkan tubuh.
Oleh karena itu kami tidak segera mengikuti saran Leo saat memasuki nurseri kurkuma yang dikelolanya. Maklum mendung menggantung di langit ketika kami tiba di lapangan parkir di depan nurseri itu. Angin berembus kencang dan titik-titik gerimis mulai turun. Namun, rupanya lelaki jangkung itu tidak berbasa-basi. Baru beberapa meter melangkah di dalam nurseri, kami mulai merasa kegerahan. Keringat segera membanjiri tubuh. Leo menjelaskan suhu udara di dalam greenhouse saat itu 250C, layaknya suhu Jakarta saat tengah diguyur hujan.
Potong otomatis
Leo memang senantisa menyetel suhu di dalam nurseri pada kisaran 25-300C layaknya iklim di daerah tropis. “Supaya cocok untuk pertumbuhan kurkuma,” kata ahli pemuliaan tanaman itu. Harap mafhum KP Holland yang dikelolanya memang khusus membudidayakan kurkuma Curcuma alismatifolia yang habitat aslinya di Thailand.
Kami pun melepas jaket dan syal di depan para pekerja yang tengah menyortir dan mengemas tangkai-tangkai bunga tulip siam itu. Seorang pekerja berkaos putih dan bercelemek hijau mengambil tangkai-tangkai bunga kurkuma dari rangkaian “kereta” berupa bak-bak putih berisi air. Ia lalu meletakkan bunga satu per satu di atas ban berjalan yang bergerak menuju alat pemotong tangkai otomatis. Alat itu memotong tangkai kurkuma untuk bunga potong pada ketinggian sama.
Ban berjalan lalu membawa bunga-bunga tanaman anggota famili Zingiberaceae itu menuju enam pekerja yang bertugas menata bunga ke dalam bak plastik dilengkapi lembaran stirofoam berlubang. Mereka tinggal memasukkan tangkai ke dalam lubang stirofoam yang dibuat dengan jarak tertentu. Dengan begitu bunga kurkuma tidak saling bersenggolan ketika dibawa dalam truk menuju pasar lelang. Gesekan membuat bunga yang penampilannya mirip tulip itu rusak.
Pekerja lain menata kurkuma untuk pot plant di dalam rak-rak bertingkat dua masing-masing berisi 42 pot. Bunga tulip siam potong dan pot itu hasil budidaya di bagian kebun terletak persis setelah ruang sortasi dan pengemasan. KP Holland mengembangkan 20 jenis kurkuma. “Kami memulainya pada 1995 dengan jenis yang paling lazim: berbunga warna merah muda dari Thailand,” kata Leo.
Dari jenis asal negeri Siam itu Jap van der Knaap, ayah Leo yang merintis kebun KP Holland, menghasilkan beragam jenis baru. Leo yang kini mewarisi pengelolaan nurseri juga rutin melakukan penyilangan. Kini KP Holland menanam siam citroen yang berbunga putih kekuningan, siam scarlet berbunga ungu, siam sparkling berpaduan warna putih, cokelat, dan merah muda, snow white yang putih bersih dengan ujung bunga kehijauan, serta siam silk berbunga merah muda pucat dengan ujung kecokelatan. “Untuk memperoleh satu silangan baru saja butuh waktu hingga lima tahun,” kata Leo.
Umbi Thailand
KP Holland menanam umbi kurkuma hasil perbanyakan sendiri melalui teknik kultur jaringan dan umbi dari Thailand. Impor umbi dilakukan setiap Desember. Menurut Surawit Wanakrairoj, PhD, pakar hortikultura dari Universitas Kasetsart, Bangkok, yang juga ketua Ornamental Plant Variety Developed Club Thailand, di negeri Siam terdapat puluhan nurseri yang membudidayakan kurkuma. Mereka menjalankan usaha itu sejak 25 tahun silam.
Produk utama mereka berupa umbi yang diekspor ke berbagai negara. “Belanda salah satu pasar utama,” tutur Surawit dalam surat elektroniknya. Supanee Na Songkhla, wartawati majalah pertanian Kehakaset di Bangkok, Thailand, sependapat. “Pekebun mengekspor patumma (kurkuma, red) dalam bentuk umbi,” tulis Supanee dalam surat elektroniknya kepada wartawati Trubus, Rosy Nur Apriyanti.
Sentra penanaman kurkuma antara lain di Chiangmai, Chiangrai, Lampoon, dan Payao. Beberapa varietas terkenal di Thailand seperti chompoo pink, doi tung, blue moon, chompoo praow, khao sunsai, keaw morakot, dan chiangmai pink. Menurut Surwait setiap tahun total jenderal 2-juta umbi diekspor ke berbagai negara. Umbi-umbi itulah yang antara lain tiba di nurseri KP Holland.
Di sana umbi lalu ditanam di dalam pot-pot plastik menggunakan media tanam antara lain terdiri atas serbuk sabut kelapa, vermikulit, dan peat. Setiap pot terdiri atas empat buah umbi beserta umbi-umbi kecil pemasok makanan untuk umbi utama. Pot-pot itu lalu disimpan di dalam ruang khusus bersuhu 300C, berkelembapan 100%, dan tanpa cahaya selama lima minggu hingga umbi bertunas.
Para pekerja lalu memindahkan pot-pot itu ke nurseri budidaya. Sebagian diletakkan langsung di atas tanah, sebagian lagi ditata di atas rak dari anyaman kawat besi. Setiap meter persegi luas lahan mampu menampung 50 pot. Pada baris tanaman tertentu terlihat pipa-pipa irigasi dilengkapi dengan selang irigasi dan spaghetti cube sebagai sarana untuk mengairi dan memupuk tanaman.
Supaya pertumbuhan tanaman kerabat jahe Zingiber officinale itu optimal, Leo mengatur iklim mikro menyerupai iklim di daerah tropis: panas dan lembap-persis seperti yang dirasakan Trubus dan rombongan begitu memasuki nurseri. Untuk itu Leo melengkapi nurseri dengan sejumlah peralatan pendukung seperti pipa-pipa logam yang memancarkan udara panas.
Haus matahari
Dari pot-pot yang dipelihara di nurseri budidaya itulah Leo menuai 150 tangkai bunga per m2 per tahun dan 5.000 kurkuma pot per hari. Tanaman mulai menghasilkan bunga 20 minggu setelah penanaman yang dilakukan secara bertahap mulai Februari-Mei. Leo mengatur penanaman sehingga waktu panen hanya berlangsung hingga Oktober. Penanaman pada musim dingin dengan paparan sinar matahari kurang dari 12 jam tidak efektif. Sebab kurkuma sangat rakus sinar matahari. Pada musim dingin umbi kurkuma mengalami dormansi.
Pekerja meletakkan bunga kurkuma potong hasil panen di dalam bak berbentuk persegi panjang berwarna putih setinggi 10 cm. Di dalam bak terdapat genangan air setinggi 2 cm untuk menjamin bunga tetap segar selama proses panen hingga pengemasan. Setelah terkumpul dalam jumlah tertentu, barulah pekerja mendorong bak keluar barisan tanaman menuju selasar utama.
Di sana sudah menunggu para pekerja lain yang bertugas mendata hasil panen hari itu. Mereka tinggal memindai semacam chip yang terpasang di bak dengan alat khusus, dengan segera ia mengetahui jenis bunga, asal barisan tanam, jumlah panen, dan pemanen. Dengan segera pula Leo bisa mengetahui jumlah total panen hari itu.
Bunga-bunga tulip siam itu siap dikirim ke pasar lelang pada keesokan pagi. Selain untuk memasok pasar lokal Belanda, KP Holland juga mengekspor kerabat temulawak Curcuma xanthorrhiza itu ke berbagai belahan dunia. Bunga potong kurkuma populer karena daya tahan bunga relatif lama yaitu mencapai tiga minggu. Sang tulip siam elok ditata dalam rangkaian bersama lili dan mawar. Pot plantnya jadi penghias rumah dan perkantoran. Lahir di Thailand, kurkuma besar dan mendunia di Belanda.

0 komentar:

Posting Komentar

iklan