Semarak Kembang Tropis!
Hari
itu hangatnya sinar sang surya bagai hanya menyelimuti kediaman Anastasia
Ferwidyasari di Jagakarsa, Jakarta Selatan. Itu karena kehadiran sebuah
rangkaian laksana matahari di salah satu sudut teras. “Rangkaian ini saya beri
nama Shiny Day,” kata Anastasia sambil menunjuk rangkaian setinggi 1 meter itu.
Sisy,
sapaannya, tak salah menamai seperti itu. Rangkaian itu tersusun dari
kuntum-kuntum bunga kalatea Calathea crotalifera berwarna kuning lembut dan
kuning kejinggaan, jengger ayam Celosia cristata merah, daun palem waregu
Raphis excelsa yang hijau tua, bunga matahari Helianthus annuus nan kuning
cerah, pisang-pisangan Heliconia wagneriana perpaduan warna kuning cerah
semburat merah, serta daun hanjuang Cordyline sp.
Bunga matahari yang tengah mekar sempurna menjadi titik pusat perhatian dengan kuntum-kuntum jenger ayam, bunga kalatea, dan daun palem waregu di sekelilingnya. Padu-padan warna bahan-bahan itu melahirkan rangkaian bunga dengan nuansa warna laksana sinar sang surya saat beranjak dari peraduan di pagi hari. Sisy memang terinspirasi oleh bentuk dan warna hyang rawi-matahari dalam bahasa Jawa Kuno-dalam membuat rangkaian “Shiny Day”.
Gagah
maskulin
Sisy
hanya butuh waktu 30 menit untuk membuat rangkaian bunga itu. Mula-mula wanita
berdarah campuran Batak-Jawa itu mengambil tampah sebagai dasar rangkaian. Lalu
mengikat floral foam tepat di bagian tengah tampah dan mengikatkannya ke puncak
batang besi berbentuk huruf T terbalik. Besi berfungsi sebagai penopang dan
penyeimbang rangkaian. Setelah itu barulah wanita 28 tahun itu mengambil
helaian daun palem waregu untuk menutupi rangka rangkaian. Selanjutnya ia
mengaitkan kawat ram ke dua ujung bunga kalatea, lalu menancapkannya bersama
bunga celosia. Sisy lalu meletakkan bunga matahari di bagian tengah rangkaian.
Sebagai
pemanis Sisy menancapkan gulungan daun hanjuang, terung susu Solanum mammosum,
manggar kelapa Cocos nucifera, bunga gerbera Gerbera sp, dan batang honje
Etlingera hemisphaerica di dasar rangkaian. “Hampir seluruh tanaman
hias yang digunakan dalam rangkaian bertema ‘Shiny Day’ merupakan
bunga-bunga tanaman tropis, kecuali bunga gerbera,” ujar Sisy.
Menurut
Peny Zulandari, perangkai bunga di Jakarta Selatan, rangkaian bunga tropis
tidak kalah elok daripada rangkaian bunga subtropis seperti mawar, lili, dan
lisianthus. “Bunga subtropis memang terlihat semarak karena berwarna cerah
sehingga lebih menarik. Sedangkan bunga tropis lebih banyak didominasi warna
tanah, seperti merah, kuning, coklat, dan hijau,” kata Peny.
Namun,
tekstur bunga tropis lebih bervariasi: kasar, tajam, bergerigi, berbulu,
bergelombang, halus, atau campuran. “Variasi tekstur itu dapat menonjolkan
kesan kuat, gagah, dan maskulin. Beda dengan bunga subtropis yang didominasi
oleh tekstur halus sehingga terkesan ayu, lembut, dan gemulai,” ujar Peny.
Keragaman
tekstur rangkaian bunga tropis yang berkesan maskulin itu terlihat pada
rangkaian penghias meja altar karya Peny. Ia mengambil hampir semua kekayaan
tekstur tanaman tropis lantas merangkainya menjadi kebun bunga di bawah meja
altar. Ada materi bertekstur halus (jahe, daun andong, terung susu), runcing
(heliconia), bergelombang (jengger ayam merah), bergerigi (manggar kelapa), dan
tajam (nanas-nanasan Ananas bracteatus). Agar terlihat dinamis, wanita berusia
33 tahun itu memberikan irama pada rangkaian dengan menata daun dan bunga
potong tinggi rendah seperti gelombang air.
Bila
ingin membuat rangkaian yang berkesan ayu, tekstur bunga tropis yang
berkarakter kuat itu dapat dilembutkan dengan teknik pengawatan. Sisy misalnya
menggunakan kawat untuk membuat bunga kalatea yang keras dan kaku menjadi
berbentuk setengah lingkaran. Cara lain dengan menyisipkan dedaunan. Warna
hijau dedaunan menjadi jembatan antara materi bertekstur kuat dengan materi
bertekstur halus. Penambahan bunga subtropis sah-sah saja supaya rangkaian
tidak didominasi warna-warna tanah.
Lebih
awet
Lihatlah
rangkaian dengan materi utama heliconia kreasi Lucia Raras, perangkai bunga di
Jakarta Selatan. Wanita asal Yogyakarta itu meletakkan Heliconia wagneriana
berwarna kuning cerah semburat merah, Heliconia carribea yang berwarna merah
muda semburat kuning, dan Heliconia rostrata berwarna merah tua sebagai pusat
rangkaian. Heliconia cocok dibuat rangkaian berprinsip mass-line arrangement
yakni teknik merangkai bunga dengan memadukan materi yang memberikan kesan
tegak lurus atau lengkung dan beberapa materi yang berkesan padat.
Wagneriana
dan carribea memberikan kesan garis tegak lurus, sedangkan rostrata untuk kesan
lengkung dan jatuh alami. Di bagian bawah rangkaian Raras meletakkan bunga
matahari, manggar kelapa, daun hanjuang, celosia, dan gerbera untuk memberikan
kesan padat tapi halus.
Rangkaian
bunga berbahan tanaman hias tropis yang tak kalah cantik juga tersaji dalam
karya Resty Budiman, wakil ketua Dewan Perwakilan Cabang Ikatan Perangkai Bunga
Indonesia di Jakarta Selatan. Resty menghadirkan pesona eksotisme hutan hujan
tropis dengan menyusun bunga costus jingga, heliconia, anggrek, honje, daun
pakis, dracaena song of jamaica, kadaka, palem waregu, monstera, dan daun
hanjuang di pot plastik berdiameter 30 cm. Selamat datang bunga tropis.
0 komentar:
Posting Komentar